Bertempat di Scusa, Intercontinental Jakarta MidPlaza pada Kamis lalu. World Menu Report yang merupakan bagian dari bisnis food service Unilever Food Solution (UFS) mengumumkan hasil penelitian mereka. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa 9 dari 10 orang menuntut fakta mengenai kandungan makanan mereka saat makan di luar (kantin, restoran, rumah makan).
Peluncuran World Menu Report ini juga sekaligus merupakan bagian dari program yang dilakukan dalam rangka peremajaan merek Unilever Food Solutions. Dimana Unilever Food SolutionsΒ telah bergerak di bidang bahan makanan sejak tahun 1980-an dengan mengusung tagline baru 'Inspiration Every Day'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
UFS bertujuan untuk membantu para chef dari seluruh dunia untuk meyajikan makanan yang enak dan sehat yang dapat membuat konsumen terus kembali lagi. Secara global UFS mempekerjakan lebih dari 230 orang chef dan 31 orang chef khusus di Asia Tenggara. UFS memperkirakan secara global nilai dari industri food service adalah 350 miliar euro dan industri ini terus berkembang cepat.
Mr.Djokovic mengungkapkan bahwa dari hasil penelitian yang mereka lakukan dengan sample beberapa negara seperti UK, USA, Brazil, Rusia, Turki, dan Cina menunjukkan angka yang cukup tinggi terhadap kebutuhan transparasi apa saja yang ada di dalam makanan yang mereka makan. Meskipun penelitian ini dilakukan hampir sebagian besar di Eropa, namun menurutnya penelitian tersebut masih cukup relevan di Indonesia karena mewakili makanan secara global.
"Mungkin tidak sebesar di luar negeri, tetapi saya kira berdasarkan pengalaman saat ini sudah banyak tamu restoran saya yang menanyakan kandungan yang ada di dalam makanan mereka. Oleh karena itu saya kira memang sudah sewajarnya jika restoran mencantumkan ingredients menu-menu mereka. Tidak hanya untuk mereka yang menghindari makanan tertentu, tetapi untuk mengedukasi masyarakat juga akan nutrisi dan lain hal," ujar Chef Tatang.
Banyaknya perkembangan restoran, rumah makan, dan kantin juga yang menjadi dampak perubahan kebiasaan konsumen ini menurut Jacqueline. Gaya hidup makan diluar pun terus meningkat dari hari ke hari. "Dari pertanyaan sederhana konsumen dari mana makanan ini berasal, proses pembuatannya bagaimana, dan bahan-bahan yang digunakan seperti apa, dan cara pengolahannya bagaimana? Saya rasa itu akan membuat masyarakat memiliki pilihan dan berpikir makanan yang lebih baik untuk mereka. Oleh karena itu transparasi makanan sudah saatnya diperlukan," ujar Jacqueline.
Dr. Diana Suganda pun mendukung transparasi makanan ini. "Bagi mereka yang memiliki penyakit tertentu pastinya penting mengetahui bahan makanan apa yang terkandung dalam makanan mereka. Sehingga tiap restoran dan rumah makan sudah seharusnya punya tanggung jawab akan makanan yang mereka sajikan untuk konsumen agar mereka tetap sehat," jelasnya.
Saat ini di Asia Tenggara, UFS telah meluncurkan kampanye dalam meningkatkan dan transparsi atas kandungan nutrisi makanan saat makan di luar. Bentuk kampanye tersebut adalah kerjasama dengan para chef dan katering untuk menyederhanakan bahan-bahan makanan dan membuat resep-resep baru. Di Thailand juga program School Bus yang membantu sekolah dasar menghidangkan makanan penuh nutrisi.
Di akhir acara Chef Tatang pun tak ketinggalan memperagakan menu sehat, Braised Salmon with Dragon Fruit. Acara diakhiri dengan digelarnya kompetisi masak antar media.
(dev/Odi)