Jun Njan: dari Priok ke Mal

Jun Njan: dari Priok ke Mal

- detikFood
Rabu, 15 Des 2010 10:45 WIB
Jakarta - Jun Njan (baca: Yun Nyan) adalah restoran seafood paling djadoel di Jakarta yang sudah berdiri sejak 1956. Di awal tahun 1970-an, saya masih ingat bagaimana para tamu antre di depan warungnya yang sederhana di kawasan Tanjungpriok. Warung seafood sederhana itu dirintis oleh seorang perantau Tionghoa.
   
Di masa itu, sajiannya masih sangat sederhana. Hampir semua tamu memesan menu yang sama, yaitu: udang api-api rebus sebagai appetizer, kemudian kepiting saus tiram, cumi ca jagung rebus, dan burung dara goreng. Kadang-kadang, ada juga yang memesan ikan kukus, sapo tahu, dan nasi goreng atau mi goreng. Hingga sekarang, menu-menu klasik itu masih tetap menjadi andalan favorit di Jun Njan.
   
Udang api-api adalah udang segar dari laut berukuran kecil, dan hanya direbus sebentar dengan jahe. Udang rebus manis ini hanya dicocol dengan saus pedas. Sajian ini merupakan signature dish di Jun Njan. Hampir semua tamu tidak akan melewatkan sajian ini. Keluarga saudara angkat saya di Negeri Belanda selalu minta diajak makan ke Jun Njan setiap kali berkunjung ke Jakarta.
   
Pada tahun 1980-an, ketiga anak perantau itu mulai meneruskan usaha dan mengubah tampilan "warungan" Jun Njan. Sebuah bangunan modern di Jalan Batuceper, Jakarta Kota. Restoran baru ini menjawab tuntutan para pelanggan karena tempatnya lebih luas, nyaman, dan lokasinya pun tidak terlalu jauh dari kota. Sekalipun sudah menempati ruangan yang besar, tetap saja antrean tamu senantiasa mengular di depan restoran.
   
Atas "tuntutan" para pelanggannya, Jun Njan pun kemudian membuka cabang lagi di Jalan Arteri Pondok Indah. Tetapi, entah kenapa, justru Jun Njan mulai menghadapi masa pudar. Berbagai rumah makan seafood baru bermunculan, dengan popularitas yang bahkan mengungguli Jun Njan. Resto ini pun mulai dilupakan orang.
   
Tetapi, sejak beberapa tahun terakhir ini tampak Jun Njan menggeliat kembali dengan hadirnya generasi ketiga. Berbagai menu baru ditambahkan. Penampilan interior dan eksterior diubah. Bahkan Jun Njan dihadirkan di beberapa mal.
   
Sekarang, bila saya ke Jun Njan, saya masih selalu memesan berbagai sajian klasik yang masih berhasil mempertahankan citarasa aslinya - seperti udang api-api rebus, tumis cumi jagung, dan burung dara goreng. Selain itu, saya juga menemukan beberapa favorit baru, antara lain: lindung goreng cabe garam (Rp 63 ribu), dan tahu Jun Njan (Rp 43 ribu). Lindung adalah belut, di-dust dengan tepung kering, lalu digoreng dengan bumbu minimalis - hanya irisan cabe dan garam. Beberapa masakan lain yang tampil dalam menu baru pun cukup menantang untuk dicoba dalam kunjungan-kunjungan berikut.
   
Jun Njan bukanlah the best seafood restaurant. Tetapi, saya sendiri masih selalu suka singgah ke Jun Njan for old-time sake. Alasan lain: Jun Njan masih menampilkan sentuhan citarasa masakan rumahan yang mengesankan. Harganya pantas, masakannya predictable. Generasi ketiga Jun Njan sekarang telah pula menghadirkan beberapa cabang baru di berbagai mal, seperti: Grand Indonesia, Mall of Indonesia, Pluit, BSD, dan Gandaria City. (Bondan Winarno)

Jun Njan
Grand Indonesia
Entertainment District, 5th Fl.
Jl. M.H. Thamrin 1
Jakarta Pusat
021 23580647


(eka/Odi)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads