Hati-Hati Memilih Bahan Perasa Makanan

Hati-Hati Memilih Bahan Perasa Makanan

- detikFood
Jumat, 02 Jul 2010 17:28 WIB
Jakarta - Kini dengan bahan perasa (flavor), kita bisa menikmati berbagai rasa dengan harga yang lebih murah. Mulai dari rasa daging ayam, sapi, sampai rasa buah-buahan seperti jeruk, melon, atau strawberry. Tapi tahukah Anda apa yang ada dibalik bahan perasa tersebut?

Harus diakui saat ini hampir setiap makanan dan minuman olahan yang beredar di pasaran tidak terlepas dari bahan perasa buatan. Mulai dari snack anak-anak, permen, kue, sampai minuman ringan, jus buah, dan susu hampir semuanya menggunakan bahan tersebut.

Bahan perasa atau flavor memang sudah menjadi kebutuhan bagi industri pangan dewasa ini. Dengan bahan perasa tersebut para produsen bisa menghasilkan berbagai rasa hanya dengan mengubah rasa alias flavor yang digunakan. Misalnya saja pada sirup bahan dasarnya adalah air dan gula. Namun dengan ditambahkan flavor dapat dihasilkan berbagai jenis minuman dengan rasa yang berbeda.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemicu pengunaan bahan perasa sebenarnya adalah langkanya bahan baku yang menjadi dasar pembuatan produk itu sendiri. Misalnya saja pada hasil pertanian, biasanya bahan pangan yang dihasilkan mengalami perubahan mutu dan rasa seiring dengan perubahan musim dan iklim. Padahal perbedaan mutu dan rasa tersebut tidak diinginkan oleh konsumen. Sehingga dalam produk industri dipakailah bahan perasa untuk mentabilkan mutu dan rasa.

Bahan perasa sendiri dari segi pembuatannya dibedakan menjadi dua, yaitu flavor natural (alami) dan sintetis (buatan). Perasa alami diambil dari bahan-bahan alami, misaknya rasa bawang maka diambil dari ekstrak bawang dan rasa ayam diambil dari sari ayam.

Nah, sedangkan untuk perasa buatan dihasilkan dari bahan-bahan sintetis. Misalnya saja dari sintetis bahan-bahan kimia yang berasal dari turunan minyak bumi. Bahan-bahan tersebut memiliki karakter seperti penyusun rasa tertentu. Misal butyl butirate yang memiliki rasa mirip pir dan nanas. Atau berbagai asam amino yang melalui suatu reaksi bisa menyerupai rasa daging atau kimia.

Perasa juga bisa disusun dari bahan-bahan alami untuk menghasilkan rasa baru. Misalnya turunan dari wine yang bisa disintesa menjadi berbagai perasa buah-buahan. Fusel Oil yang merupakan produk samping dari minuman keras, bisa digunakan sebagai bahan penyusun perasa strawberry, leci, dan nanas.

Melihat karakteristik bahan perasa yang banyak dipakai industri tersebut, bahan perasa alami khususnya yang mengarah pada rasa daging (savory flavor) yang biasanya terdapat pada mi instan import perlu diperhatikan. Sebab jika diekstrak dari bahan hewani yang tidak halal maka akan penghasilkan perasa yang tidak halal pula. Selain berasal dari babi, hewan halal seperti ayam dan sapi juga perlu diperhatikan aspek penyembelihannya.

Dilihat dari sudut kehalalan, bahan perasa yang berasal dari bahan sintetis sebenarnya relatif lebih aman. Sebab bahan-bahan yang dihasilkan dari proses kimiawi ini lebih terjamin kehalalannya. Meskipun begitu, alangkah baiknya jika kadar dan pemakaiannya dikontol dengan baik termasuk dalam memilih bahan perasa yang beredar di pasaran.

(Sumber LPPOM MUI)

(dev/Odi)

Hide Ads